Minggu, 11 April 2021

Cicak, Penat, dan Rasa Syukurnya

 "Ck ck ck ck ck ck ck" Suaraku meramaikan perdebatan manusia dalam rumah ini.

Aku Cilan, cicak penghuni rumah ini yang tinggal bersama satu keluarga manusia yang isinya akhir-akhir ini hanya mengeluh saja, bosan, penat. Apa saja mereka keluhkan.

Saat ini aku dengar, manusia sedang dilanda virus! Aku pun tak tahu apa sebabnya, yang kutahu kini mereka lebih sering bersama dirumah. Ah, makin sering saja mereka mengusir kami atau memanggil kami dengan "Cicak sialan!!! Pergiiiii!!"

Padahal aku hanya menumpang tidur, dan kami sudah berusaha menjauhkan diri dari manusia dengan tinggal di kolong atap rumah. Meski begitu, keseharianku adalah mengintip kegiatan mereka, yang kadang bikin kepalaku geleng-geleng sendiri.

Bagaimana tidak? Mereka ini sering sekali mengeluh bosan!

Padahal bagaimana bisa bosan, makanan yang disajikan meski hanya tempe tempe dan tempe, tapi selalu terlihat menarik di mata kami. Harum tiap kali mereka menggoreng, aku pun pernah mengicip makanan mereka, dan ternyata enak!!!

Bagaimana mungkin mereka bosan dengan makanan seenak itu? Padahal kami setiap hari juga hanya makan nyamuk dan serangga namun kami tidak pernah ada bosannya. Setidaknya perut kami kenyang oleh makanan yang bernutrisi untuk tubuh kami.


Pernah juga mereka mengeluh bosan dirumah!

Padahal rumah mereka cukup besar dengan lapangan taman di depan rumah. Kami pun yang tadinya penguasa rumah ini, jadi harus terpinggirkan karena kehadiran mereka. Kami jadi harus tinggal di kolong atap yang sempit. Tak mengapa, aku bersyukur ada tempat berteduh ketika hujan tiba, dan panas melanda. Tak pernah ada bosannya dengan tempat tinggalku, yang penting keluargaku sehat dan berkumpul di dalam kolong atap. Ah, semua terasa hangat dan menyenangkan.

Apalagi yang manusia cari padahal mereka semua sudah diberi kecukupan, tidakkah mereka bisa belajar dari kami para cicak yang hanya hidup di kolong atap dan makan serangga seadanya? 

Allah berikan manusia kelebihan berupa akal untuk dapat berpikir luas tak terbatas, bukan untuk dijadikan hambatan dalam melihat keadaan yang membahagiakan jadi sesuatu yang tidak disyukuri. 

Semoga rasa penat dan bosan kita tidak sampai membuat kita lupa bersyukur atas apa yang sudah kita miliki yaa :)



Jumat, 26 Maret 2021

Penerbangan Jarak Jauh bawa Bayik 1 bulan di masa pandemi!

Sebuah cerita perjalanan panjang si keluarga nekat yang memutuskan untuk pindah ke Papua di masa pandemi. Ketika bayik belum ada 40 hari tapi udah ikut diboyong pergi, bersama Kakaknya yang baru berusia 25 bulan. Ber empat aja tanpa bala bantuan. Membawa bagasi 60kg + tentengan Kabin 30kg. 

Edun banget emang kalo nekat.

Awalnya kedua orang tua saya juga mau ikut bantuin berangkat bersama-sama dengan kami, tapi di situasi pandemi yang tidak pasti, semua rencana berubah H-1 Keberangkatan ketika ada aturan di Papua bahwa diluar keluarga inti yang bertugas di Papua, maka diwajibkan untuk tes swab.

Padahal kami semua udah rapid termasuk papa mama. Tapi karena ada aturan baru tersebut jadi mama papa ngga bisa pake rapid dan harus swab!! padahal keberangkatan tinggal 1 hari lagi.

Bersyukurnya di hari itu pihak Lion Air memberikan kabar bahwa penerbangan kami batal diberangkatkan. Jadi kami bisa pilih untuk ganti jadwal penerbangan atau dibatalkan. Saya suami dan anak-anak tidak bisa memundurkan penerbangan karena terbentur dengan jadwal kerja Suami, sedangkan orang tua karena galau jadi mau berangkat apa ngga karena make swab test akhirnya diskusi dulu lama, sampai akhirnya memutuskan hidungnya rela disodok untuk di swab demi berangkat ke Papua. Sebuah perjuangan!

Akhirnya mau ngga mau kami berangkat duluan deh, meski dengan keraguan ku menanyakan keyakinan suami tentang ke nekatan ini. "Mas, kamu yakin kita ber empat aja sanggup?"

"Sanggup dong, kita bisa kok! Kita udah prepare well kan dengan semua kemungkinan yang terjadi di pesawat?"

"Udah dong!"

Nah jadi apa aja tuh persiapan perjalanan panjang membawa 2 anak bayi dan toddler tanpa bala bantuan?

Yang utama adalah niat dan keyakinan wakakakaka. Klise sih, tapi bener deh sebagai Ibu kita harus tenang dulu, karena kalo Ibunya aja udah panik dan resah pasti anak-anak nular juga ikut uring-uringan. Yakinin diri dulu ya! Siapin semua kemungkinan yang ada.

Pilih Jadwal Keberangkatan Sesuai Jam Tidur Anak

Ini kunci menghindari anak rewel dan bosan di pesawat karena penerbangan ke Papua cukup lama sekitar 6 jam, maka memilih keberangkatan malam merupakan opsi wajib kami. Kalo pas tidur siang kan bentar doang, jadi pilih jam tidur malam si kakak. Kalo adiknya karena masih usia 1 bulan dan masih tidur nenen aja kerjaannya jadi lebih fleksibel si adek.

Beli Earmuff, penting ngga sih?

Ini tergantung kepercayaan emak babehnya aja ya. Kalo dari DSA Anneira sendiri sebetulnya tidak menyarankan untuk memakai earmuff, cukup di nenen in aja ketika take off dan landing. Sayang duitnya buat beli atau sewa earmuff mending buat jajan bakmie GM di bandara ya kaaan?

Selama take off dan landing Anneira pun disusui saja langsung dari gentongya, alhamdulillah anteng aman. kalo kakaknya pake headphone ayahnya hahahahaha

Bawa Peralatan Ganti Popok di tas yang mudah dijangkau

Nah isi bagasi cabin kami sampai 30kg salah satunya isinya adalah peralatan popok dan asip bayik. Peralatan tersebut saya masukkan dalam satu tas ransel yang memudahkan ketika harus ganti popok, bawa secukupnya aja kira-kira selama nanti di perjalanan, waktu itu kami bawa popok si Kakak 3, adik 5, tisu basah, kapas, plastik untuk buang popok, tisu kering, salep ruam, baju ganti kakak 1, adik 2.

Pada kenyataannya, ternyata ini cukup banget buat selama perjalanan terbang 6 jam. Baju ganti adik bawa 2 semuanya dipakai karena ada insiden lagi ganti popok eh pipis wkwkwk. Sebelum masuk pesawat popok anak-anak dalam kondisi sudah diganti yaa, mengurangi kerepotan ganti popok di pesawat heuheuheu

Jangan lupa berdoa ya Allah kalo anak-anak mau pup, mohon pup nya pas udah sampai tempat penginapan di Papua aja yaaaaaaa.....

Peralatan ASIP untuk semua kemungkinan yang terjadi

Sebenernya maju mundur mau siapin ASIP yang akan diminumkan melalui dot untuk si adik Anneira. Takut bingung puting tapi sebelumnya saya tanya dulu sama konselor Asi katanya gapapa untuk gawat darurat pakai dot toh hanya sekali pakai aja saat itu jadi insha Allah gak bingung puting. Lagipula ini disiapkan hanya sebagai plan B aja kalo semisal di pesawat si Kakak maunya tidur sama Ibuk, dan ketika waktu adiknya menyusui si Kakak rewel ngga mau sama Ayahnya, maklum si kakak baru 1 bulan menjadi kakak dan masih adaptasi bonding dengan ayahnya yang sempat jauh. 

Jadi untuk peralatan ASIP saya bawa ASIP 3 kantong yang saya perah sore sebelum berangkat, ice gell 3, botol dot 2 yang sudah disteril semuanya dimasukkan dalam cooler bag.

mantap betul ini yang bikin berat tas tentengan. ternyata ketika perjalanan semua aman terkendali, asip tidak jadi dipakai hahahaha.

Mainan si Kakak

Jadi karena kami selalu buat Plan B alias gimana kalo si Kakak bosen nunggu di pesawat, atau tiba-tiba lari tak tentu arah kemana-mana sedangkan saya cuma sama suami bawa adeknya juga dan bagasi cabin yang super banyak, maka tercetuslah kira-kira mainan apa ya yang bisa bikin si Kakak nih anteng ribet sendiri aja sama mainannya? 

Koper kecil hadiah dari Superindo wakakakaka. Ini tuh tas anak-anak tapi bentuknya koper yang dibuka di dalamnya ada tempat makan dan minum serta sendok. Jadi ketika saya dan suami bawa koper, dia juga sibuk menarik kopernya untuk jalan sama kami. Sambil nunggu masuk ke pesawat juga si Kakak anteng main masak-masakan pake tempat makan minum di kopernya itu. Super bermanfaat! Terima kasih Superindo!!! 

Dokumen Keberangkatan

Masa pandemi merupakan masa ribet-ribetnya ketika penerbangan, selain dokumen Identitas, kami juga harus menyiapkan beberapa dokumen penting terkait syarat penerbangan dari Papua, seperti Hasil Rapid Test, Surat Tugas, SK Suami yang menyatakan penempatan di Papua, dan lain-lain. Untuk Anneira sendiri ternyata tidak memerlukan Surat Keterangan Sehat untuk bisa terbang loh! Yey

Ini sempet bikin lelah banget, karena pemeriksaan dokumen di Bandara Soetta sempet 30 menit lebih, entah apa yang bikin lama dari periksa dokumen kami padahal semua lengkap. Kami seharusnya transit di Timika, tapi alhamdulillah tidak turun pesawat, jadi tidak ada pemeriksaan dokumen disana. Hanya pemeriksaan dokumen lagi ketika sampai di Jayapura. Ketika pemeriksaan, antrian super panjaaaang. Saya gendong Anneira dan gandeng Ayesha menyelinap duduk di pengambilan bagasi, gak tahan si kakak disuruh anteng berdiri.

Posisi Duduk dan Tidur di Pesawat

Katanya posisi menentukan prestasi, ini kayanya bener ya untuk kami yang ribet banget naik pesawat wkwkwk. karena si Kakak sudah 2 tahun lebih 1 bulan jadi udah bayar penuh, alhamdulillah jadi kakak udah dapet kursi sendiri. Posisi ini ternyata udah dipikirin sama suami, saya mah gak kepikiran hihi.

Suami duduk paling pinggir, Kakak Di tengah, saya paling ujung deket jendela. Ide ini terpikir olehnya karena saya bakal menyusui si adik, jadi harus duduk paling pojok, suami di pinggir supaya bisa bantu ganti popok adik ke kamar mandi, atau pun si kakak. Jadi setiap abis menyusui, adik saya kasih ke ayahnya, saya handle si kakak, nidurin si kakak dengan cara dipangku didekap (karena dia maunya begitu huhu), setelah tidur, adiknya gantian mau nyusu, jadi si kakak tidurin di tengah, adik saya susuin, lalu kasih lagi ke ayahnya.

Sayang banget di batik air tidak ada bassinet seperti Garuda punya, jadi adik tidur di pangku ayahnya supaya ayahnya nggak capek pangku tangannya disenderkan ke meja makan pesawat yang ada di depan kursinya. Kram deh tuh kayanya tangannya suami wkwkwkwk. Perjuangan yaah beepps

Sekilas perjalanan kami naik pesawat dari Jakarta ke Jayapura membawa bayik dan toddler. Semoga bermanfaat, semoga juga kalian ngga usah ngalamin kerepotan ini yaaah hahaha

Perjalanan bersama bocils di era pandemi dengan segala bawaan dalam cabin



Tempat sampah Khusus Pinang, pas dibuka isinya........ludah orang ngepinang hahaha


Kota Jayapura


Duo Bocils tepar sesampainya di Jayapura.
Terima kasih sudah bekerjasama dengan baik ya Nakkkkk

Sabtu, 26 Desember 2020

(Mendadak) Boyongan pindah ke Papua!

Hidup Nomaden, ya siapa sangka kalo ternyata jalan hidup saya,-dan suami beserta anak-anak harus tinggal berpindah-pindah kota keliling Indonesia, and here us di Timur Indonesia, Papua. Gak pernah kepikiran sebelumnya buat singgah ke Papua, dan tiba-tiba takdir memilih kami untuk tinggal disini untuk beberapa tahun ke depan. Thats Lifeeeee!

Alhamdulillah kami berada di Jayapura, yang mana bandara masih dekat, semua barang kebutuhan sehari-hari yang biasa kami konsumsi di Jakarta hampir semua ada disini. Hanya saja harganya memang lebih mahal beberapa ribu perak, sampai dua kali lipatnya pun ada.

Setelah Menikah saya dan suami tinggal di Bali, sudah beli rumah dan mempersiapkan hidup selamanya disini tapi ternyata Allah memberikan takdir yang tak terduga dengan diterimanya suami bekerja sebagai ASN yang harus mengabdi ke seluruh Indonesia. Setelah dari Bali, penempatan sementara suami adalah Serang, Banten. Seneng banget di Serang karena dekat sama rumah ku di Bekasi jadi bisa sebulan sekali pulang. Tapi sayang, di Serang hanya 1 tahun 6 bulan lalu suami dapat SK Mutasi ke pelosok timur Indonesia : PAPUA!

Ketika suami harus pindah ke Papua, saya lagi hamil 8 bulan anak kedua, jadi saya sementara tinggal di rumah orang tua di Bekasi. Hingga akhirnya dengan segala pertimbangan -terutama psikis anak pertamaku yang gak lengket samsek sama bapaknya ditinggal 2 bulan doang- Satu bulan setelah saya melahirkan, kami memutuskan untuk YUK KITA PINDAH AJA YUK UDAH NEKAT AJA!!!

tapi pindah ternyata juga gak mudah ya gais, terutama dari sisi keuangan. bener-bener bikin menguras air mata dan tabungan. Berikut mari kita bahas bersama-sama biaya pindahan yang senilai dengan membeli honda beat 2 biji. *tentu setiap keluarga akan berbeda ya biayanya, tidak bisa disamaratakan.

Pindahan Barang

Pindahan barang ini kami cicil sejak pindah dari Serang ke Bekasi, kami membagi beberapa barang yang dimasukkan dalam kardus menjadi 2 :

  • Barang siap kirim (Tidak akan dibuka sampai nanti tiba di Jayapura)
  • Barang sehari-hari, barang-barang ini yang akan dipakai terus selama di Bekasi jadi belum memungkinkan untuk dipacking. (baju, mainan anak-anak, dll)

Suami yang sudah duluan ke Papua mulai survey harga barang penting seperti elektronik, karena beberapa barang lebih mahal di Papua jadi kami memutuskan untuk beli beberapa barang elektronik di Bekasi untuk dibawa ke Papua, seperti kompor, rice cooker, blender dll.

total barang yang kami kirim. (Exc. Si kak boscil yang bawa keranjang itu yah hihihi)

                                                         

                               Pengiriman barang dijemput oleh mobil dari Ekspedisi Klik Logsitics

Jadi memang barang yang kami kirim dari Bekasi ke Papua itu cukup banyak di total ada 9 Kardus (1 kardus punya temen suami ding) kenapa bisa banyak? Soalnya sekalian muatin kuota pengiriman supaya bisa dapat harga lebih murah minimal 100kg sekali pengiriman. Pengiriman melalui kapal ini ada 2 opsi berdasarkan durasi lama pengiriman yang berpengaruh pada biaya pengiriman.


Hiyaa mangat ye bang bawain barangnya. 

Kapasitas berat pengiriman minimal 100kg, nggak nyampe 100kg pun gak apa-apa tapi tetap penghitungan biayanya dihitung 100kg. Untuk barang yang besar maka penghitungannya tidak menggunakan KG melainkan menggunakan berat volume, beberapa kardus yang kami kirim dihitung volume karena termasuk besar. Biaya pengiriman menggunakan Ekspedisi Klik Logistics ini bisa dilihat dari websitenya yah teman-teman, untuk pengiriman dengan estimasi waktu 7-10 hari sebesar Rp 17.500/kg dan untuk pengiriman dengan estimasi waktu 14-21 hari sebesar Rp 8.500 dengan minimum kapasitas barang seberat 100Kg.

Total berat kardus kami sebesar 274kg, beberapa kardus dihitung volume karena dinilai cukup besar. Sayangnya penghitungan berat kardus tidak dilakukan di tempat penjemputan barang melainkan di kantor Klik Logistics, jadi kami tidak bisa melihat langsung penghitungan berat kardus. Insha Allah amanah sih, hanya aja kan mau nego-nego gitu gak bisa haha. Total pengiriman barang kami yaitu Rp 4.795.000. Huf dua kali dari harga anggaran yang udah kami siapin jauh-jauh hari hahaha

Harga tersebut harus kita relakan karena dengan segala pertimbangan kami yang mendadak mau berangkat segera ke Papua, maka barang-barang juga harus segera sampai di Papua. Jadi, kami ambil pengiriman dengan estimasi 7-10 hari, dengan dikenakan biaya berat volume. Sesampainya di Jayapura barang kami diantar sampai rumah, alhamdulillah hari ke-8 setelah pengiriman sudah sampai dengan selamat. Hore!

Pengiriman Mobil

Sebelum memutuskan pindah ke Jayapura, Papua, kami sempet gundah, baiknya bawa mobil nggak yah? Apa beli kendaraan second disana? Atau malah beli motor aja kali yaaah??

Tapi melihat situasi dan kondisi 2 bayik, yang satu masih 1 bulan malah. Jadi kami memutuskan untuk mengirimkan mobil aja yang simpel dan gak repot. Lagipula, mobil dirumah orang tua juga gak dipakai, dan kami disuruh bawa, yaudahlah daripada nganggur juga mobil dirumah. Bismillah.

Pengiriman mobil ini benar-benar pengalaman pertama kami, jadi sebelum pengiriman suami sempet survey dulu ke Pelni untuk tau jadwal keberangkatan kapal, biaya, syarat-syarat dan prosedur pengiriman. 

Pengiriman kendaraan ke Papua ini ngga perlu ada orang yang mengantarkan mobil dan ikut berlayar sampai Papua. Kita cukup dengan mengantarkan mobil ke pihak Pelni Logistics, lalu kita berikan kuncinya dan nanti dikirim deh, sampai di Papua kita harus cari orang agar ada yang bisa ambil mobil dari Kapal. Syarat-syarat untuk bisa mengirimkan kendaraan ke Papua juga simpel, berikut ini syaratnya :

syarat pengiriman kendaraan melalui Pelni Logistics

Poin 4 dalam syarat tersebut dilarang memuat barang dalam kendaraan yah, padahal kalo saya lihat di youtube banyak yang kirim mobil sekalian mobilnya diisi full sama barang-barang. Tapi ternyata itu tidak diperbolehkan oleh Pihak PELNI Logistics. Kami sendiri hanya menaruh carseat dan stroller bayi di dalam mobil karena memang barang-barang tersebut tidak pernah kami keluarkan dari mobil, alhamdulillah semua aman sampai dirumah. Hanya aja sayangnya, flashdisk yang isinya lagu-lagu bocah kesayangan si Ayes hilang dicuri. Entah diambil oleh Pihak PELNI atau gimana, yang jelas flashdisk tersebut sirna sesampainya mobil tiba di Papua. Heran banget ya flashdisk aja diambil hahahah

Untuk Biaya pengiriman ke Jayapura ini tergantung dari jenis kendaraan, silahkan lihat dibawah ini yah tabel harganya (Biaya ini per bulan September 2019) :

Biaya pengiriman  kendaraan ke Papua

Kendaraan kami berupa Toyota Yaris keluaran tahun 2016, dan termasuk Kendaraan Pribadi (Sedan, Kijang) jadi biaya yang dikenakan untuk pengiriman mobil sekitar Rp 16.760.622. Pembayaran dilakukan langsung ke PELNI Logistics. Untuk jadwal pengiriman kendaraan bisa dilihat dari website PELNI yah, atau jika meragukan bisa langsung ke PELNI.

Total untuk pengiriman semua barang kurang lebih udah 20jutaan yah. Ini diluar tiket keberangkatan kami ke Papua dan beli barang untuk isi rumah di Papua. Kebayang ya ditotal harganya berapa??! Iya bisa langsung langsung dapet nomer antrian naik haji bunnnn!!!!!


Rabu, 28 Oktober 2020

Pengalaman melahirkan lewat HPL, di bidan pula ?!

Mau cerita pengalaman melahirkan anak kedua, tapi cerita melahirkan anak pertamanya nanti aja yaa. Cerita melahirkan anak pertama sungguh drama dan penuh trauma, hingga akhirnya aku baby blues parah insha Allah next post kalo ada waktu aja yaak heuheu
Berkat pengalaman melahirkan Ayesha si Sulung. Saya jadi lebih aware soal apa yang saya butuhkan nanti saat melahirkan, dan ini dimulai dari memilih provider bersalin yang sevisi misi dengan birthplanku, salah satunya adalah bisa melahirkan senyaman mungkin dengan minim intervensi. 

Pencarian provider ini saya bener-bener kunjungin satu-satu sampe Depok pun dijabanin. Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya saya memilih untuk melahirkan di Bidan Amel. Lokasi bidan amel ini di Cawang, Jakarta Timur. Dekatlah dari rumah saya di Bekasi, tinggal lewat tol ngga sampai 30 menit kalo lancar bisa sampai, gang menuju lokasi bidan amel memang kecil tapi bisa dilewatin mobil, saya yang nyetirnya acakadulnyerempetsanasini aja bisa kok masuk dan keluar gang dengan aman, jadi aman lah masuk kriteria saya lokasinya.

Balik lagi ke cerita melahirkan Anneira si anak kedua, saya dengan pede-nya minta suami buat cuti H-1 minggu sebelum lahiran. Suami sempet protes, "kata temen-temenku anak kedua tuh lahirnya lebih lama loh beb, aku H-3 aja gimana? biar cutinya panjang."
"Ngga! Aku mau kamu nemenin aku lahiran, temen-temenku anak keduanya pada lebih cepet kok. Gak bisa tau kapan adek mau lahir meski aku selalu sugesti nunggu ayahnya pulang. blablabla" dan kicauan istri yang panjang tiap suami nego buat cutinya dimundurin.

Di usia 37w saya sempat kontrol ke Dokter yang dulu handle proses melahirkan Ayesha, buat cek kondisi BB janin mengingat berat badan saya naiknya sangat signifikan 20KG!!
"Mbak ini BB nya 2.7 bayinya, usia juga sudah 37 minggu. Lahiran besok aja ya? saya bantu buat cek dalam supaya membantu biar cepet lahiran."
"tapi kondisi bayi, plasenta, dan air ketuban saya gimana dok? masih bagus ga?"
"Masih bagus kok. Semua aman."
"Terus kenapa saya harus di cek dalam dok?! saya belum ngerasa mules"
"biar cepet lahir, mumpung bb bayinya masih 2.7 loh jadi lahirnya nanti gampang"
"ngga dok. Saya mau nunggu suami aja minggu depan dia baru balik."
"Yaudah minggu depan, jangan lupa kesini ya! Harus lahiran pokoknya."

Sejak awal memang ngga ada niatan untuk melahirkan sama beliau (lagi) karena melahirkan Ayesha sama beliau bikin cukup trauma, gimana engga? flashback dikit ya, jaman melahirkan Ayesha aku diberikan obat pelunak rahim dan induksi tanpa izin terlebih dahulu, dan sakitnya luarbiasa, ditambah kurangnya komunikasi dokter bikin proses mengejan salah dan menghasilkan jaitan yang buanyak. Kebetulan, saya cek ke beliau juga cuma buat cek bb janin aja sih, soalnya kliniknya deket dari rumah.

Suami pun dari Jayapura akhirnya datang H-5 HPL, kami langsung jalan-jalan quality time sama Ayesha berharap abis itu besoknya langsung lahiran. Tapi......ternyata belum lahir juga Bung!

Pada saat HPL pun kami balik kontrol ke Bidan Amel, ketemu Ummu dan cerita semua kegalauan kalo harusnya hari ini kan lahiran! tapi kok belum lahir juga?! ditambah orang tua ku yang super khawatir tiap hari nanyain kapan lahiran.

Ummu pun bilang, "Kata siapa HPL harus udah lahir? HPL hari perkiraan lahir, yang tau kapan lahir itu Allah dan bayimu. Sudah ditentukan Allah kok kapan ade bayi lahir, santai aja ya. Sini ummu cek dulu." Ucap beliau tenang, dan memang selalu menenangkan.

"Wah bayimu udah masuk panggul nih sekarang, kontrol sebelumnya belum loh padahal. Cepet ya bagus ini. Masih agak jauh posisinya. Ummu kasih saran ya buat kamu lakuin dirumah, perbanyak induksi alami seperti pijat oksitosin+makan kurma, nanas, lalu besoknya Hb sama suami, gitu aja selang-seling. Power walk minimal 30menit, jongkok berdiri ya minimal 50kali, main birthing ball dengan gerakan angka 8, muter-muter gitu ya. Pantau gerakan janin minimal tiap 2 jam dia harus ada gerakan tendangan, asal selalu gerak anaknya berarti sehat sejahtera di dalam. Insha Allah anakmu ini sehat kok, gak usah khawatir" 

Semua saya lakukan, sampai bidan rani si instruktur yoga hamil andalanqu tiap minggu justru menyarankan jongkok berdiri 100!! waw tapi demi anak bisa di posisi yang optimal dalam kandungan, diriku tiap hari kuat loh lakuin semua anjurannya. Kemeng awalnya, tapi ternyata manfaatnya kerasa banget pas lahiran!

Ohiya, ummu juga menyarankan untuk selalu happy dan nggak stress mikirin kapan lahiran. Ya meski sempet stress juga sih karena mama setiap hari selalu ceritain kisah sepupu yang lahiran lebih dari HPL dan anaknya meninggal dan nyuruh saya buat cek dalem ke dokter + induksi alami obat kayak dulu lagi biar cepet lahir katanya. Tapi saya percaya adek dalam perut ini pinter, pasti udah milih mau lahiran kapan.

Saya merasa adek ini anak yang baik, sepertinya adek ingin saya lebih banyak quality time sama Kakak Ayesha sebelum dia nantinya hadir di dunia. Selama menunggu hari adik lahir saya jadi banyak tersadar bahwa dengan perut besar ini saya jadi banyak alasan buat melewatkan banyak kegiatan sama Ayes dan membiarkan Ayes ke mbaknya. Akhirnya saya nyoba balik lagi, mandiin, nyuapin, main lari-larian, power walk bareng, bener-bener quality time.

41W
pagi itu, keluar flek sedikit banget. Bingung antara itu flek apa keputihan yang butek ya?
Saya foto dan tanya suami, katanya kayanya flek tapi kalo belum mules ya berarti belom. Bener juga sih, yaudah pagi itu saya power walk 1 jam, pulang dari power walk masih mules namun belum intens juga. Yah kontraksi palsu lagi ini mah~

Sesuai janji dengan mama saya, kalo usia 41w masih belum lahiran juga maka saya harus cek ke dokter kandungan. Akhirnya sore saya cek usg 4D di Halo Bayi Bekasi.

Selama nunggu dokter, saya jalan keliling Klinik sambil hitung kontraksi dan ternyata belum 5-1-1 apa ini kontraksi palsu lagi yak. Php mulu dah ah~
"Dok, tadi pagi saya kayak ngeflek, sekarang juga mules tapi belum intens 5-1-1 sih." 
"coba yuk saya cek"


E si bayi masih santai aja ngemut jempol kaki, bener-bener santuy ni bayi

"BB 3.4kg, ketuban masih bagus dan cukup, plasenta bagus. Pagi ini sudah flek ya? saya izin cek dalam dulu ya.. Bu, ini sudah bukaan 2, ngga kerasa mules memangnya?"
"engga dok, mulesnya ilang timbul aja dan ngga kerasa sakit."
"Saran saya karena ini sudah 41minggu, saya kasih obat pelunak rahim ya supaya makin cepet bukaannya, rencana lahiran dimana? menurut saya ini di induksi aja, karena sudah lewat seminggu dari HPL."

Di klinik tersebut sempet-sempetnya saya dan suami gofood dan makan dulu berdua di klinik sambil menimbang-nimbang beli obat pelunak rahimnya ngga ya, akhirnya ngga ditebus sih soalnya saya (lagi-lagi) trauma dengan obat kayak gini di persalinan pertama. Lagipula kondisi bayi ketuban plasenta bagus, udah bukaan 2, tunggu aja deh.

Malamnya masih santuy jongkok berdiri, main birthing ball, nemenin ayes tidur, dan siap-siap peralatan buat lahiran. Tiba jam 10, mules semakin intens, sambil main birthing ball saya cek di aplikasi kontraksi sudah saatnya harus ke provider. Bangunin orang tua buat minta izin berangkat ke klinik, pake popok dewasa antisipasi ketuban pecah di mobil, meluk-meluk Ayes minta doain karena adek sebentar lagi datang.

Sampai di klinik Bidan Amel jam 12 malam, saya diperiksa oleh Bidan Dwi. Ketika pengecekan dalam, ternyata baru bukaan 3, saya dipersilahkan untuk menunggu bukaan di ruang bersalin atau di kamar. Saya pilih di kamar aja biar santai-santai sambil menunggu kontraksi semakin intens. Ditanya mau main birthing ball ngga, saya lebih memilih tiduran di sofa pake peanut ball karena ngantuk berat seharian belum tidur. 

Dulu saya bingung, masa sih ada orang sakit kontraksi tapi bisa tidur? dan ternyata saya merasakannya. di sela-sela kontraksi sambil dipijit sama pak suami, saya ketiduran sebentar. Lalu "makbyurr" ketuban saya pecah di sofa!

jam 2 pagi, diperiksa dalam sudah bukaan 5, dan kontraksi makin yahud, saya yang masih ngantuk jadi ngga bisa tidur. Tapi milih duduk aja untuk simpan tenaga buat mengejan,. Suami alhamdulillah support banget selama proses persalinan, nggak menggunakan kata "sabar ya" melainkan "ayo kamu pasti bisa". Bidan dwi dan bidan rani yang menemani juga selalu kasih sugesti positif, jadi saya makin semangat buat menunggu adik datang sebentar lagi.

Jam 2.15 saya semakin ingin mengejan, di cek sudah bukaan 9 tapi belum lengkap. Di sela-sela itu bidan dwi meminta saya untuk ke ruang bersalin.
"masih kuat jalan kan? Yuk pindah ke ruang bersalin ketika kontraksinya lagi hilang."

Heran juga saya udah bukaan sebesar itu masih kuat jalan ke ruang bersalin kalo diinget-inget. 
"Alhamdulillah sudah bukaan lengkap, kalo mau ngeden boleh ya"

Saya ngeden dengan posisi bersalin pada umumnya, karena saya lemes banget belum tidur. Baru dua kali mengejan, saya merasa ada yang robek. Langsung saya minta pindah posisi melahirkan, karena ngerasa posisi ini kurang membantu saya untuk mengejan dengan nyaman dan aman dari robekan perineum.

"Mas, aku mau miring mas. Angkat kakiku masss!!"
Dengan posisi menyamping, kaki kanan saya diangkat suami. 

Salahnya, saya seharian itu ngga tidur siang, asik ngobrol sama suami sesiangan, jadi lah saya saat kontraksi makin intens di Klinik justru ngantuk luar biasaaa. Lalu, setelah mengejan beberapa kali. Lahirlah anak keduaku, yang ternyata terlilit 1 tali pusar padahal pas di USG doi ngga kelilit. Kok bisa ya? saya bingung wkwk.


Anneira Kanaya Abhijanati, lahir dengan normal tanpa trauma dan sangat nyaman. Makasih ya Naaak udah pinter diajak kerjasama :)

Setelah Anneira lahir, tali pusar tidak langsung dipotong melainkan ditunggu dulu sampai tidak berdenyut lagi plasentanya. Setelah dipotong tali pusarnya, Anneira pun di adzani, selalu terharu sama momen ini :"")

Katanya dengan dilakukan penundaan tali pusar ini selain manfaat nutrisi plasenta yang masih terus mengalir ke bayi juga membuat bayi lebih tenang. Beneran loh, Anneira anaknya tenang sekali dan cepat adaptasi jam tidurnya.

Banyak orang ngga mau lahiran di Bidan karena mungkin udah gak jaman kali ya (?) tapi jujur ya sejak lahiran Anneira saya langsung terbuka sekali dengan profesi bidan, ternyata saya jauh lebih nyaman lahiran dengan bidan meski kehamilanku cukup rawan karena sudah melebihi HPL.

Saya sangat berterima kasih sama Bidan Dwi, Bidan Rani dan paling utama tentunya Ummu Amel (yang ternyata alumya ni SMA14 juga wkwk) karena beliau sudah meyakinkan saya untuk bisa melahirkan dengan nyaman dan normal meski melewati HPL, beliau sangaaaat positif orangnya, beda ketika kontrol dengan dokter kandungan yang hanya memberitahukan kondisi janin, Ummu Amel ini di setiap konsulnya selalu memberikan semangat, tips-tips sampe praktek supaya posisi bayi bisa optimal dan selalu ngingetin saya bahwa kehamilan itu erat kaitannya dengan keajaiban Allah.

Mungkin kalo aku di dokter karena udah lewat HPL udah dikasih induksi, pelunak rahim kayak dulu lagi namun Alhamdulillah itu nggak terjadi, besoknya setelah melahirkan saya langsung bisa lincah nemenin Ayes main. Sebulan setelah melahirkan, saya berani langsung ikut suami ke Papua boyong 2 anak yang masih bayi dan batita hihi seru banget! Tunggu di postingan selanjutnya yah blogijen! 

 





Sabtu, 12 September 2020

Deodorant Tawas

Siapa yang sering banget bermasalah sama deodorant???!

Ini sih aku, haha.

Mulai dari rasanya ketek panas, ketek berubah warna jadi lebih gelap, di baju ada noda, dan lain-lain. Berbagai merk sudah aku coba, tapi belum nemu yang cocok, sampai akhirnya sejak SMA kelas 2 aku memutuskan untuk ngga pake deodorant. Alhamdulillah ngga bau ketek sih soalnya aku tipikal yang jarang banget bisa berkeringat, jadi gak pake deodorant juga gapapa asal pake cologne huahuahaua

Berkat perubahan hormon selama kehamilan anak pertama, semua berubah. Aku si benci keringat dan jarang keringetan tiba-tiba jadi gampaaang banget berkeringat dan ngerasa risih sama bau badan sendiri, meski kalo kata suami "lha apa lho kamu itu ngga bau, tapi heboh sendiri ngerasa bau." 

Namanya juga cewek yaak, suka ngga pede kalo ngerasa bau meski orang sekitar belum ngerasa kebauan. Karena lagi hamil aku coba cari produk alami untuk deodorant, dan banyak yang review kalo batu tawas bisa jadi deodorant alami. Sempet ngga percaya sama keampuhan batu tawas ini, sampai akhirnya aku iseng nyoba batu tawas ini dan ketagihan sampai sekarang udah 2 tahun lebih make batu tawas sebagai deodorant.

Batu tawas yang aku pake ini udah 2 tahun lebih belom habis juga, harganya aku beli Rp 10.000 murah banget kan harga segitu buat deodorant 2 tahun ngga habis-habis padahal tiap hari make? haha

Bentuk batu tawas yang aku beli masih asli bentuk batu tawas kayak gambar dibawah ini gais!


sourcepict: https://review.bukalapak.com/beauty/5-manfaat-tawas-bahan-alami-asli-indonesia-yang-mampu-mengatasi-bau-badan-69573

Batu tawas yang masih kasar seperti ini, aku hancurkan pake palu. Dengan terlebih dahulu batu tawasnya dimasukkan dalam plastik yang di double. Nanti hasilnya jadi kayak pasir gitu batu tawasnya. Batu tawas yang sudah hancur halus itu aku simpan di dalam botol, dan digunakan setiap habis mandi dengan mengambil sejumput (kalo aku sih 2 jari ku masukin ke botol) lalu digosokkan ke ketiak yang sudah dalam kondisi basah, lalu setelah digosok ke ketiak dibilas pake air. Voilaaa, ketek ku bebas bau seharian!

repot yak ngolahnya? iyak! 
Sebenernya banyak kok sekarang yang jual batu tawas dalam bentuk batu yang sudah dibentuk halus seperti deodorant, atau yang halus serbuk jadi ngga perlu menghaluskan lagi pake palu, ataupun deodorant batu tawas yang sudah dikemas apik untuk digunakan khusus buat diketiak. Nah, tapi aku tuh anaknya suka penasaran kan, jadi mau beli yang aslinya terus diolah sendiri. Repot dua kali lipat! tapi ada kepuasan tersendiri mengolah batu tawasnya, apalagi ngetok pake palunya rasanya bete-bete ikut hilang hancur kena palu. :p

Jujur ya, pas hamil aku keringetan banyak banget, ketek hampir selalu basah padahal biasanya ngga pernah. Sejak pake batu tawas meski keringetan banyak, ngga ada bau yang keluar dari si ketek loh. heran aku juga segitu ampuhnya si tawas melawan bau ketek. Adikku si Irma sejak KKN Covid sebulan panas-panasan akhirnya nyoba beralih deodorant ke deodorant tawas milikku, dan doi terkejut juga sama hasilnya yang selama KKN panas-panasan ngga ada bau di badan. Bahkan deodorant re**** andalannya cuma bertahan setengah hari, ini batu tawas bisa bikin bau badan hilang seharian!!

Sampai sekarang aku masih bertahan make batu tawas sebagai deodorant ku tiap hari, selain hemat juga ampuh banget bikin ngga bau badan. mau coba?

Sabtu, 05 September 2020

Nursing While Pregnant (Hamil kok nyusuin?)

Ketika tau pertama kali positif lagi padahal usia Ayesha masih 13 bulan, pikiranku langsung tertuju pada.........gimana nasib menyusui yang ku targetkan sampai usia 2 tahun?!

Saat itu Ayesha masih suka banget Nenen. Bahkan dia bisa males makan dan cuma mau nenen aja, yang mana kalo saya menolak permintaan nenennya doi akan nangis-nangis dan masang wajah yang bikin ngga tega mau nolak nenen. Akhirnya yaa jadwal makan Ayes di usia segitu masih suka berantakan :p *jangan ditiru gaes

pertama kali cek ke dokter kandungan adek Ayes udah berusia 2 bulan. Kami pun mencoba ke RSUD Banten untuk konsul dengan Dr. Aprillia, FYI beliau juga praktek di Klinik Anggrek, mendingan konsul disana daripada di RSUD Banten hehe

Hasil cek kandungan dengan beliau alhamdulillah adek baik-baik aja dan sehat, beliau pun menanyakan soal apakah saya masih menyusui kakaknya? saya bilang iya masih menyusui dan apakah saya perlu stop menyusui, beliau dengan baik hatinya bilang nggak perlu berhenti menyusui asalkan selama kehamilan tidak ada flek maupun kontraksi. Bhaik yes maka menyusui pun aku lanjutkan.

Tantangan menyusui selama kehamilan adik yang aku alami yaitu ketika kehamilan semakin membesar dan puting jadi super sensitif. Jujur syakit sebenernya pas nenenin Ayes di usia kehamilan 6bulan waktu itu, apalagi Ayesha giginya udah banyak rasanya hmmmantttaapphhhhh. Tapi saya tetep kekeh mau nyusuin Ayesha semaksimal yang saya bisa. Sampai pada usia Ayesha 21 bulan, dan usia kehamilan sudah hampir 8 bulan saya memutuskan untuk menyapih Ayesha dengan berat hati.................

Pertimbangan akhirnya memberhentikan nursing while pregnant karena saya sempet merasakan kontraksi ketika menyusui beberapa kali dan juga saat itu asi seperti sudah habis rasanya, karena Ayesha jadi suka nyedot gigit dan tarik-tarik nenen. Maafkan ibuk ya Nak..................

Episode NWP dilanjut dengan drama menyapih yang ternyata cepet juga nyapih Ayesha cuma butuh 2 hari aja. Selanjutnya insha Allah saya tulis di postingan sendiri ya soal menyapih, semoga diri ini tidak mager untuk menulis mengingat sekarang mengurus 2 bayik sekaligus. Huh hah.


Senin, 24 Februari 2020

Promil dengan kendala rahim retro dan asthenoteratozoospermia

Hamil itu rejeki-rejekian. Gak ada yang salah kalo misal memang belum hamil, karena itu semua udah ditakdirin Allah kapan diri kita ini masing-masing diberikan kesempatan buat merasakan menjadi orang tua.


Jadi kadang suka heran sama orang-orang yang nanya, “kok belom hamil-hamil?!” mending tanya aja sama Allah yaaaa..... kita sebagai manusia yang penting udah berusaha dan bersyukur atas segala kondisi saat ini. Nah suami dan gue sama-sama memiliki kendala untuk bisa hamil, tapi kami percaya pasti suatu saat Allah kasih, dengan cek kesehatan ke dokter dan merubah pola hidup, akhirnya di usia pernikahan 1.4 taun menikah Allah menitipkan si utun Ayes di dalam perut, sekarang anaknya udah lari-larian dan manjat pager, alhamdulillah atas semua takdir Allah yang begitu baik kepada kami.

========================================================================

Sejak usia 6 bulan pernikahan kami coba ke dokter kandungan untuk mengecek kebiasaan gue kalo menstruasi yang suka sakiiiiitt banget, bahkan sampe gak kuat kerja. Sekalian juga deh gue tanya kira-kira apa itu kendala selama ini jadi gue belom hamil-hamil?

Ternyata sakit menstruasi yang gue alamin itu normal, penyebabnya hormon. Telur di dalam rahim juga udah pada siap minta dibuahi, tapi memang kondisi rahim gue bentuknya retro, rahim retro! Jadi untuk bisa berhasil spermanya nyangkut di telur yang udah melambai-lambai menggoda si sperma butuh tips-tips cihuy, misal pake bantal sebagai ganjalan, dan tips-tips lainnya heuheuheu

Selanjutnya dokter kandungan kami, alias dokter kandungan favoritku si Dokter Winda Andaka ini justru memberhentikan pemeriksaan terhadap diri ini, beliau merujuk ke dokter andrologi supaya suami gue gantian diperiksa spermanya. Kalo memang suami gak ada kendala, gue akan kembali di obok-obok dokter winda. Bhaiq.

Akhirnya suami gue periksa sperma di Bulan Mei 2017 dan hasilnya adalah :
Klasifikasi : Astheno Teratozoospermia. Leukospermia dan Hypovolemi serta Varikokel Grade 1
Sperma dengan gerak cepat 0%
Bentuk Sperma normal 6%
Dan detail lainnya yang kayanya gak mungkin gue share yeu

Abis itu dokter ngasih obat untuk ngeboost sperma, dengan dibarengi ikhtiar lainnya yaitu jangan kelamaan duduk, dan mengganti bentuk celana dalam jadi celana dalam boxer, pola hidup sehat, berdoa, sering bercinta *ya ini mah iyalah!
Di bulan Agustus berkat keajaiban Allah, gue garis 2 hamil cuy! Tapi sayang hanya bertahan 11 minggu si kecil utun harus luruh karena dinyatakan blighted ovum.

Yaudah tak perlu bersedih, belom rejeki mah namanya. Setelah rahim ku bersih dari kuret, dokter winda andaka menyarankan untuk melanjutkan konsul dengan dokter Tono lagi, yaudah deh di bulan November kami cek lagi ke Dokter Tono, beliau meminta dilakukan tes sperma lagi, nah di Bulan November ini hasil tes sperma ada kemajuan meskipun belum signifikan.

Hasil Tes Sperma bulan November 2017 :
Klasifikasi : Astheno Teratozoospermia, Leukospermia, Varikokel Grade 1
*oiya varikokel pemeriksaan langsung ya bukan dari tes sperma.
Sperma dengan gerak cepat 0%
Sperma dengan bentuk normal 12% yey naik :D
Konsentrasi sperma sudah normal, yey :D
Volume sperma juga nambah, hampir semua ada kemajuan berupa nambah persentasenya meski belom normal semuanya.

Dari sini dokter Tono menyarankan untuk melakukan operasi testis untuk kendala masalah varikokel yang diduga jadi penyebab utama sperma yang dihasilkan jadi kurang maksimal, tapi kami mikir-mikir lagi, ngeri cuy bayanginnya.

sejak pemeriksaan sperma yang pertama di bulan Mei 2017 kami udah ikhtiar alami juga, dan kami memutuskan buat yaudahlah ikhtiar alami aja, sambil terus mempertimbangkan untuk operasi apa nggak ya. Jujur suami gue ngeri, apalagi gue. Ngeri ada efek jangka panjangnya yang nanti berpengaruh juga dong ke gueeeee wkwkwkwk.

Nah ikhtiar alami yang udah kami rutinin tuh kayak gini :
  • Rajin Olahraga, seminggu 3 kali kami lari renon atau di lumintang sekalian jajan lumpia “eh
  • Rajin makan semangka dan buah naga, nah berhubung mamak orangnya perhitungan bgt diantara buah-buah itu mana yang lagi murah yang mamak beli. Yang penting sering aja dikonsumsi.
  • Rajin ngejus sayuran, ini pake sayuran sisa dikulkas aja ngejus yang ada apa :”)) sungguh mamak yang hematabale
  • Rajin minum Apple Cider Vinegar tiap pagi, minum habbatusauda, minum vitamin dari dokter
  • Sering bersyukur! Daripada mikirin komentar orang gak hamil, gue kalo ditanyain pasti jawab “alhamdulillah masih dikasih waktu berdua aja” karena jujur nikmatin banget setiap hari berdua sama suami, tiap minggu kita keliling bali buat kuliner dan mblusuk-mblusuk cari tempat wisata. :D
  • Sedekah! Gak usah ditanya ya keajaiban sedekah ini, masha Allah banget pokoknya.



Eh Alhamdulillah tiba-tiba di bulan Januari 2018, aku hamil Ayesha. Kali ini ada janinnya! Nggak blighted ovum lagi :D

Nah untuk para suami yang minder dengan kondisi yang mirip-mirip suami gue, nggak usah sedih dan minder ya. Menurutku yang paling berpengaruh memang merubah pola hidup menjadi lebih sehat, gak harus full sehat kok. Lebih sering makan buah dan sayur aja, insha Allah dimudahkan untuk bisa kembali normal spermanya. 

Kata dokter Tono yang paling gue inget adalah “Buat hamil Cuma butuh 1 sperma sehat dan normal kok. Dari ratusan yang dilepaskan, Cuma butuh satu.”
Nah Cuma butuh satu kok. Insha Allah pasti bisa normal! Silahkan rajin dicoba ya buibuk pakbapak tipsnya, semoga bisa berhasil. Aamiin...